Sunday, November 27, 2011

TERLALU BANYAK JANDA DI IRAK "TANGGUNG JAWAB SIAPA INI ?" By Abanggeutanyo

13223364751428694021
Risiko menjadi prajurit di medan pertempuran adalah hidup atau mati. Jika itu terjadi pada prajurit yang bertugas di medan laga itu adalah sebuah pilihan, namun apa jadinya jika yang kehilangan nyawa adalah rakyat jelata dan tidak ada kaitannya dengan kepentingan apapun dibalik terjadi peperangan?
Salah satu wilayah yang baru saja meninggalkan sisa-sia perang adalah Iraq. Negeri 1001 malam yang dahulu menjadi negeri impian karena berjuta keindahannya kini yang tersisa adalah hasil rongsokan perang.
Perang yang terjadi di Iraq telah membuat rakyat dan Negara tersebut terpecah, tercerai berai hancur berkeping-keping memisahkan anak dan ibunya, suami dengan istri dan keluarga yang dicintai. Anak-anak menjadi yatim dan piatu, belum lagi sejumlah Janda-janda semakin bertambah beban pemerintah karena menyebabkan berbagai hal dalam tatanan sosial dan masyarakat menjadi semakin berat.
Persoalan semakin banyaknya Janda Iraq  menarik perhatian Internasional, hal ini bukan saja akibat peperangan antara Sekutu dengan Pemerintahan (pada masa) Saddam Husen, melainkan juga akibat peperangan dengan Iran pada decade 1980-an. Selain itu peperangan antar sekte dan pertempuran melawan tentara sekutu yang tiada henti-hentinya sampai kini berkontribusi besar terjadinya gelombang janda Iraq semakin besar jumlahnya.
Banyak versi yang menyebutkan berapa jumlah Janda Iraq pada masa kini. Sebuah Telivisi Iraq yang berbasis di Basra menyebutkan bahwa jumlah janda di Iraq mencapai 1juta - 1,5 juta orang. Kondisi yang mengkhawtirkan tersebut telah memancing mereka untuk membuat ilm dokumenter tentang kehidupan Janda-janda Iraq yang sangat memancing emosional perasaan kita.
Catatan PBB menyebutkan bahwa jumlah Janda Iraq mencapai 1 juta orang. Angka ini jika dibanding dengan jumlah penduduk Iraq  mencapai 30,3 juta jiwa sangat mengkhawatirkan karena berkontribusi besar terhadap lambatnya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Apalagi dari total 30,3 juta jiwa penduduk Iraq tersebut hampir 49,8% adalah kaum wanita, jadi hampir berimbang dengan jumlah kaum pria (50,2%)  Sumber : http://www.indexmundi.com/iraq/demographics_profile.html
Informasi terkini dari NY Times (26/11) menyebutkan bahwa jumlah Janda di Iraq mencapai 900.000 orang atau sekitar 6% dari total jumlah wanita di Negara tersebut (15 juta jiwa wanita). Masih menurut NY Times, mengutip laporan PBB  tahun 2006 saat perpecahan sectarian dan peperangan memuncak menyebutkan bahwa setiap hari 100 wanita Iraq menjadi janda.
Jika mengacu kepada awalnya perang Iraq dan AS (sekutu) tahun 2003 sampai sekarang (hampir 9 tahun -red) angka yang dipublikasikan oleh The NY Times itu terlalu kecil. Lihat saja dalam kurun waktu hampir 9 tahun pergolakan di Iraq atau selama lebih kurang  3285 hari (9 tahun x 365 hari) maka rata-rata wanita Iraq menjadi Janda mencapai 273 orang dalam sehari. Melihat hal ini, hendak menjadi apakah Iraq?
Di sisi lain, pasukan AS yang bertugas di Iraq juga menyisakan kepedihan mendalam pada beberapa keluarga yang terpaksa menjadi yatim dan Janda. Protes anti perang di Iraq oleh sebagian kecil warga AS tidak membuat pemerintah AS pusing dengan hal tersebut. Duka dan tangisan keluarga-keluarga yang ditinggalkan oleh serdadu yang menemui ajalnya di medan perang itu seakan-akan hanya hiburan sesaat yang memancing emosional para pengambil kebijakan politik yang amat mengerikan untuk bangsa mana pun di atas muka bumi ini.
Total serdadu AS saja yang tewas dalam berbagai situasi dan kondisi selama Okupasi Iraq (dalam istilah AS disebut “Operasi Pembebasan Iraq) mencapai 2.923 orang. Ditambah korban jiwa dari Negara lainnya total seluruhnya (sementara ini) mencapai 3.817 orang. Sumber Wikipedia http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Irak
1322339487600947451
Dewanna Kimble dengan ke empat anaknya kini menjadi tulangpunggung keluarga
Lihatlah apa yang terjadi pada salah satu keluarga AS yang menjadi janda, Dewanna Kimble. Suaminya, Dexter seorang marinir AS tewas akibat helikopter yang membawanya dalam operasi di Iraq jatuh pada 26 Januari 2005. Kini Dewanna harus menjadi kepala keluarga sekaligus menjadi ibu untuk anak-anaknya.
Kini Dewanna Kimble harus bekerja serabutan di San Diego demi menghidupi ke empat anaknya. Dia harus bangun jam 4 pagi untuk membawa anaknya ke sekolah dan bekerja. Mereka kini menumpang di rumah teman baik almarhum Dexter.
Lihat juga salah satu Janda di Iraq, Noria Khalaf (30) yang memiliki anak 6 orang. Ia menyampaikan keinginannya kepada Yasir Ghazi  contributor dan koresponden NY Times  tentang keinginannya untuk menikah lagi setelah menjanda empat tahun, karena alasan anak-anaknya membutuhkan sentuhan perhatian dan kasih dari seorang Ayah.
Tentu banyak kisah-kisah pilu  dan tragis yang tersisa akibat peperangan yang rakus dan tamak itu. Siapakah yang menanggung semua ini? Apakah dunia akan diwarisi oleh tangisan janda-janda dan anak-anak yang tidak mengerti apapun menatap masa depan mereka? Ataukah menjadi tanggung jawab kita selaku manusia untuk saling menghormati dan menjaga perdamaian dan kedamaian abadi di muka bumi ini..?
Salam Kompasiana
abanggeutanyo
Dari berbagai sumber. Salah satunya :http://www.nytimes.com/2011/11/25

No comments:

Post a Comment