Thursday, November 17, 2011

Pengobjek dan Objekan "Toto Pardamean"

Kalau beberapa negara di Jazirah Arab bosan dgn sistem Monarkhi, kayaknya Indonesia lebih cocok bosan dgn Sistem Presidensial dan Demokrasi, bukan Sistemnya yang penting,hasil kekayaan Bumi ini langsung bisa dinikmati sebagai kesejahteraan utk rakyat seluruhnya (itu yang paling penting). Apa untungnya demokrasi kalau tidak memberi kesejahteraan justru menghadirkan Tirani Minoritas (hanya kelompok-kelompok tertentu), sama berlaku dimana-mana, entah di Pemerintahan,entah di Parlemen,entah di Organisasi-organisasi Masyarakat,apalagi di Partai Politik.
Reformasi adalah kekeliruan berpikir beberapa kelompok (lihat saja sekarang ini,apa yang nggak ribut,apa yang nggak kacau, negara menjadi kampung preman baik asli maupun yang terselubung. Orang maki-maki Soeharto,nyatanya sekarang ini banyak yang bertindak dan berperilaku jauh lebih biadab dari Soeharto walaupun mungkin hanya mencapai status wakil Bupati atau Wakil Walikota (gayanya minta ampun dan pola kehidupannyapun jadi berubah). Sekolah jadi mahal,pendidikan jadi proyek cari kaya,perekonomian jadi nggak karu-karuan. Berapa banyak yang menganggap dirinya ahli ekonomi (teriak sana teriak sini) ketika duduk di Kabinet toh tak menghasilkan apa-apa, lalu ketika tidak menjabat teriak lagi (memuakkan). Kebanyakan orang jadi lebih banyak demo ketimbang bekerja entah apa dan untuk siapa perjuangannya, toh tak jelas hasilnya bagi si pendemo kecuali kepentingan bagi inspiratornya (provokatornya), rakyat teriak tapi Koordinatornya memetik hasil ada yang jadi menteri,gubernur,walikota, yang teriak tetap tinggal miskin.
Menyedihkan nasib rakyat Indonesia yang jujur tak berpolitik, lepas dari mulut buaya, segera masuk kemulut harimau. Semua cenderung merubah dirinya menjadi raja dalam wujud yang berbeda-beda. Kemiskinan hidup sebagian besar rakyat jujur tak berpolitik dijadikan sebagai objek yang mudah dijual dan bisa menghasilkan kekuasaan dan membuat kaya. Organisasi dibentuk dan dilahirkan tidak untuk kemakmuran bersama, hanya untuk beberapa orang saja yang sudah direncanakan sebagai pengurus lalu mereka katakan …”wajarlah hasilnya berbeda kan petinggi organisasi”. Dan yang menyedihkan yang dibawahnya semakin parah kebodohannya, lalu mereka bilang :…ya bagaimanalah,awak ini apalah,nanti kalau macam-macam diberhentikan pulak awak”. Jadi sekarang ini orang-orang diciptakan untuk takut hidup sehingga sangat tinggi ketergantungannya,tak di Pemerintah tak di masyarakat.
Siapa yang sekarang ini mengaku pemimpin bersedia dan sanggup setara dengan anggotanya, tolong tunjukkan pada saya ! Yang ada hanya mengagumi tokoh-tokoh tertentu yang bersahaja tetapi tidak untuk mengikuti komitment hidupnya.

No comments:

Post a Comment